Writing Progress Rosé Dielune: Scheduling Deadline & Writing Time Management

“Deadlines give us the sense that we are really on our way and that we will achieve the goal – soon!” ― John Patrick Hickey

On The Journey To Achievement

Tiga hari mengalami writer-block membuat saya banyak berpikir cara lain untuk keluar dari keadaan tersebut. Cara-cara tradisional yang sudah saya tinggalkan itu tak mungkin saya lakukan lagi. Akhirnya saya harus mencari cara baru untuk mengalternatifkan energi “jatuh cinta” secara aksiologis.

Pada malam Kamis, untuk pertama kalinya setelah “berhijrah”, saya tidak tidur sepanjang malam. Saya melakukan kontemplasi, dan kemudian saya menemukan beberapa jalan pencerahan untuk perjalanan saya kedepannya selama satu tahun. Adalah tentang apa saja yang harus saya lakukan dan saya persipakan, semua tentang aktifitas akademis, karir dan bisnis, juga persiapan untuk berkeluarga nantinya (termasuk materi dan imanensi). Termasuk pula diakhir kontemplasi, saya menemukan salah satunya ialah jalan keluar dari writer-block ini.

“A hammer made of deadlines is the surest tool for crushing writer’s block.”—Ryan Lilly

Ada yang saya lupa dari bangunan sebuah proyek, yakni deadline. Dan selama memulai proyek derekonstruksi ini saya hanya punya pseudo-deadline, saya tidak punya obvious-deadline, sehingga arah saya tidak jelas. Karena hampir satu tahun saya tidak menulis, saya lupa kalau dalam sebuah pekerjaan, kita perlu tendensi tekanan-tekanan untuk membuat kita dapat melaju bersama waktu dan itu juga bagian dari resistensi writer-block.

Saya berkaca kebelakang sejenak melihat bagaimana saya bisa menulis sebuah novel Frankfurt: Till We Meet Again dalam 1 bulan dengan kalkulasi 154 Halaman, 15.436 Kata (90.415 Karakter).

Screen Shot 2015-10-22 at 4.01.03 PM

Dari sini saya melihat ada kekuatan yang maha dahsyat, saya bisa menulis 7-8 halaman dalam sehari. Sekarang saya pun bingung “kok bisa?”. Akhirnya saya kembali lagi kepada prinsip awal, bahwa energi “jatuh cinta” memang dahsyat.

Maka mulai hari ini saya akan memulai penghitungan awal penulisan Rosé Dielune Frühling in Frankfurt, melanjutkan proyek derekonstruksi Frankfurt: Till We Meet Again yang telah diderekonstruksi selama 89 Halaman, 15.536 Kata (94.186 Karakter), untuk itu sesuai permintaan editor dari penerbit, maka saya harus sempurnakan dan selesaikan hingga 209 Halaman, atau sekitar 47.926 Kata (232.408 Karakter).

Screen Shot 2015-10-23 at 4.36.11 AM

Dua ratus tiga puluh dua karakter lebih, artinya dalam 60 Hari kedepan saya harus menulis 32.390 Kata (138.222 Karakter) dalam 120 Halaman atau lebih. Bagaimanapun juga seorang penulis/pengarang selalu berbenturan dengan dua paradigmanya. Kuantitas versus Kualitas. Akhirnya harus dan mau tidak mau, Kuantitas tulisan tetap di kejar dan Kualitas tulisan tetap di jaga.

Penulisan Rosé Dielune ini akan berakhir pada tanggal 21 Desember 2015, dan selanjuttnya selama satu minggu dari 21 hingga 28 desember akan saya pakai untuk editing dan proofreading, tanggal 29 cetak dan siap untuk dikirim ke penerbit. Tangga 30 saya sudah siap menyambut liburan tahun baru, saya sudah mulai merindui suasana dibawah laut.

Akhirnya, saya mulai siap lagi untuk berjalan kedepan di hari yang baru, tahun baru di bulan baru (Muharram), di umur yang baru berganti. Dari sini, dari hari ini, saya akhirnya dapat pelajaran berharga, bahwa obvious-deadline adalah mesin kecil yang merupakan bagian dari mesin besar untuk menggerakkan roda kehidupan. Tanpa deadline, waktu tidak akan pernah berharga. Jika waktu tidak lagi berharga, maka apalagi kehidupan, sungguh tak berharga dan tak bernilai apa-apa.

 

Baraqallahu… Jum’ah Mubaraq!

Selamat menyambit akhir pekan!

Leave a comment